BETWEEN THE SACRED AND THE PROFANE: THE DYNAMICS OF THE MEMORIZATION OF THE QUR’AN IN EAST KALIMANTAN
Keywords:
The Sacred, The Profan, Hafidz, Memorization of the Quran, and Muslim SocietyAbstract
Menghafal teks-teks Al-Qur’an adalah salah satu perbuatan paling berharga, dan telah lama dianggap sebagai perwujudan dari gagasan menjaga agama. Pekerjaan menghafal Al Qur’an yang menguntungkan ditopang oleh manfaat material yang disediakan oleh masyarakat Muslim sehingga menciptakan interaksi yang dinamis antara motif profan dan sakral untuk ingatan (penghafal Al-Qur’an). Makalah ini bertujuan mengeksplorasi hubungan dinamis antara motif sakral dan profan dalam proses menghafal Al Qur’an di Kalimantan Timur dengan menjawab dua pertanyaan; (1) Apa faktor penentu utama yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk menghafal Al Qur’an? (2) bagaimana haafiz penuh melihat upaya mereka dalam melakukan tugas-tugas seperti itu? Wawancara mendalam dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait pertanyaan penelitian, sedangkan teknik kualitatif diterapkan untuk menganalisis data. Temuan riset menunjukkan bahwa faktor penentu utama untuk menghafal Al-Qur’an adalah kombinasi dari strata sosial yang tinggi yang dirasakan akan dinikmati oleh seorang haafiz jika mereka berhasil menyelesaikan tugasnya, dan adanya pengakuan masyarakat untuk strata tersebut dalam bentuk dukungan pemerintah bagi mereka. Pada haafiz yang secara penuh menghafal Al-Quran memandang upaya mereka untuk menghafal seluruh pasal Al- Quran sebagai tugas suci yang ditakdirkan oleh Tuhan sehingga perolehan materi dan pengakuan sosial yang mereka dapatkan saat melakukan tugas adalah perwujudan dari berkah Tuhan. Yang suci dan yang profan dalam konteks ini sedemikian cair di mana seringkali garis-garis demarkasi di antara yang sakral dan yang profan saling melampaui satu sama lain.
Kata kunci: Menghafal al-Qur'an, hafiz, masyarakat muslim
Memorizing texts of the Qur’an is one of the highest rewarding deeds, and it has long been perceived as a manifestation of the idea of guarding the religion. The rewarding job of memorizing the Qur’an is sustained by material benefit provided by the Muslim society thus creating a dynamic interaction between profane and sacred motives for the haafizhs (memorizer of the Qur’an). This paper aims at exploring the dynamic inter-relationship between sacred and profane motives in the process of memorization of the Qur’an in East Kalimantan by answering twofold questions; (1) What are the main determinant factors affecting the decision to memorize the Qur'an? (2) how full-fledged haafizhs see their efforts in doing such tasks? In-depth interviews were undertaken to get information related to the research questions, while qualitative technique is applied to analyse the data. Findings reveal that the main determinant factor for the Qur’anic memorization is a combination of perceived high social stratum the haafizh would enjoy should they manage to complete the task, and the society’s recognition for such stratum in the form of government supports for them. Full-fledge haafizhs of the Qur’an perceive their effort to memorize the whole chapter of the Qur’an as a sacred duty ordained by God thus material gains and social recognitions they get while doing the task are the manifestation of God’s blessings. The sacred and the profane in this context is fluid that in most of the times the demarcation lines of the sacred and the profane transgress each other’s.
Keywords: Memorization of the Qur'an, haafuzh, muslim society