BUDAYA WELASAN JAM’IYYAH AHLI THORIQOH QODARIYYAH : ETOS KEAGAMAAN DALAM KULTUR LIVING QUR’AN DI DUSUN BAGONGAN, GETASAN, SEMARANG

https://doi.org/10.32488/harmoni.v18i1.343

Authors

  • Neny Muthiatul Awaliyyah Universitas Islam Negri Yogyakarta

Keywords:

budaya welasan, etos keagamaan, Living Qur'an

Abstract

Jenis penelitian ini adalah penelitian Lapangan (Field Research) yang menggunakan metode diskriptif analisis yaitu menyajikan data yang sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh dari subjek penelitian di lapangan. Informasi maupun data-data yang diperoleh yaitu dengan cara terjun langsung ke lapangan sesuai dengan pokok penelitian ini.

Penelitian ini bertujuan Untuk Mengetahui Prosesi Pelaksanaan pembacaan Ayat-ayat Al-Qur’an dalam Tradisi Welasan oleh Jam’iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah di Dusun  Bagongan, Getasan, Semarang.Untuk mengetahui  signifikansi tradisi welasan bagi Jam’iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah di Dusun Bagongan, Getasan, Semarang, Untuk mengetahui bagaimana persepsi Jam’iyyah Tariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah di dusun Bagongan, Getasan, semarang terhadap Ayat-Ayat Al-Qur’an yang dibaca dalam tradisi Welasan.

Hasil penelitian ini menunjukkan Secara bahasa kata “welasan” diambil dari kata  “Las-lasan” yang berarti “angka 10 ke atas” dan “welas asih” yang berarti “kasih sayang, rahmat, dan ridho” Sedangkan menurut istilah welasan merupakan “tradisi rutinan Jam’iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah dusun Bagongan yang dilaksanakan setiap hari rabu pada tanggal 10 ke atas dalam bulan Hijriyah yang tujuannya adalah untuk meminta rahmat, dan ridho atas amalan-amalan yang telah dilakukannya agar dapat diterima disisi Allah SWT”. Pelaksanaannya dilakukan pada pukul 12.30 sd selesai di Mushola Baitul Mujahidin dusun Bagongan.

Adapun prosesi pelaksanaan tradisi welasan yakni, pertama Niat, kedua membaca ummul kitab, ketiga membaca tahlil, ke-empat membaca ?asbuna Allah wa ni’ma al-wakil, ke-lima membaca La k?aula wa la quwwata illa billah, ke-enam membaca Ya Latif, ke-tujuh  membaca Surah al-Waqi’ah, ke-delapan membaca Manaqib Syekh Abd al-Qadir, ke-sembilan Do’a, dan terakhir mauidhah hasanah.

            Persepsi Jam’iyyah Ahli Thariqah Qadiriyyah Naqsyabandiyyah dusun Bagongan terhadap ayat-ayat yang dibaca dalam tradisi welasan adalah sebagai berikut: Al-Fatihah merupakan surah yang agung Dikatakan surah yang agung karena seluruh isi daripada Al-Qur’an terdapat dalam satu surah yakni surah Al-Fatihah, sebagaimana yang ditegaskan oleh Prof, Dr, M. Quraish Shihab Surah pendatang rizki- Keutamaan daripada surah al-Waqi’ah yaitu sebagai surah penjemput rizki. Adapun  rizki yang dimaksud disini tidak semata-mata berupa harta, melainkan dapat berupa dikaruniai seorang anak, saudara yang baik, kesehatan, dan yang lainnya. Memberi ketenangan jiwa- Hal ini dirasakan oleh sebagian anngota jama’ah setelah membaca ayat-ayat yang terdapat di dalam Al-Qur’an. Seperti halnya yang dirasakan oleh Bapak syamsudi

Downloads

Download data is not yet available.

Published

30-06-2019

How to Cite

Awaliyyah, N. M. (2019). BUDAYA WELASAN JAM’IYYAH AHLI THORIQOH QODARIYYAH : ETOS KEAGAMAAN DALAM KULTUR LIVING QUR’AN DI DUSUN BAGONGAN, GETASAN, SEMARANG. Harmoni, 18(1), 479–489. https://doi.org/10.32488/harmoni.v18i1.343